health-education

Hari Pahlawan: Pekik Takbir Bung Tomo dan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama

Selasa, 9 November 2021 | 08:06 WIB
Bung Tomo berpidato di depan rakyat Jawa Timur, 1950an. (Dok. Keluarga)

LenteraTimes.com "Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!!!"

Itulah penggalan pidato Bung Tomo yang berkobar-kobar menggetarkan hati rakyat Surabaya. Jika sekarang mendengarkan rekaman pidato itu lagi, kita masih merasakan semangat yang berapi-api, hati yang mendidih, dan air mata yang ingin tumpah. Pidato itu telah mendobrak semangat juang melawan pasukan sekutu pada 10 November 1945 di Surabaya.

Bung Tomo, dialah salah satu aktor penggerak para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Beliau berhasil “membakar” semangat arek-arek Surabaya untuk melawan tentara Inggris dan NICA-Belanda, yang ingin kembali menduduki Tanah Air setelah dikalahkan Jepang.

Bung Tomo dikenal sebagai orator ulung. Hal itu, dibuktikannya Radio Republik Indonesia (RRI) dengan menggelorakan semangat perjuangan melawan penjajah di Surabaya.

Pertempuran 10 November berawal dari keinginan Belanda menjajah Indonesia kembali. Belanda bersama pasukan sekutu kembali mendarat di kota-kota Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka beralasan untuk melucuti senjata Jepang yang kalah perang, tetapi sesungguhnya mereka memiliki maksud lain: ingin menggagalkan kemerdekaan Indonesia dan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia memang diproklamasikan di Jakarta, tetapi sesungguhnya kemerdekaan itu diuji untuk kali pertama di Surabaya. Rakyat Indonesia yang ada di Surabaya mengobarkan perlawanan, melibatkan semua elemen bangsa: tentara, kiai, santri, pemuda, dan seterusnya.

Pertempuran berlangsung lebih dari tiga minggu, padahal Inggris menjanjikan kepada NICA untuk meluluhlantakkan Surabaya hanya dalam tiga hari. Pertempuran itu merupakan ’’teriakan’’ pada dunia bahwa bangsa Indonesia benar-benar ingin merdeka.

Tetapi tahukah generasi muda sekarang ini dibalik pemilihan kata ‘Takbir’ yang disisipkan di dalam pidatonya?

Bung Tomo tak sembarangan memilih kata ‘Takbir’ dalam pidatonya. Pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 dalam rangka mempertahankan tanah air dari penguasaan kembali Belanda dan pihak asing lainnya sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari seruan jihad oleh para ulama yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari. Sebuah cerita mungkin semakin memperjelas mengapa Bung Tomo memilih pekik Takbir sebagai kata pendobrak dalam pidatonya.

Sebelum 10 November itu, ternyata Bung Tomo menemui Hadrotusyeikh KH Hasyim Asyari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama kala itu. Beliau meminta izin membacakan pidato yang merupakan manifestasi Resolusi Jihad yang sebelumnya disepakati oleh para kiai NU, jadi pidato tersebut bukan pidato biasa apalagi konon kata ‘Takbir’ dalam pidato tersebut adalah ijazah langsung Hadrotusyeikh KH Hasyim Asyari yang sanadnya bersambung kepada Para Ulama guru-guru beliau.

Resolusi ini lahir ketika Rais Akbar NU, KH Hasyim Asyari memanggil konsul NU se-Jawa dan Madura untuk rapat besar gedung itu pada 21 dan 22 Oktober 1945.  Sebelumnya, pada 17 September 1945, Hasyim Asy’ari secara pribadi telah mengeluarkan fatwa jihad yang intinya sama dengan Resolusi Jihad.

Isi pokok Resolusi Jihad adalah: mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945; pemerintah Republik Indonesia sebagai pemerintah yang sah wajib dibela;  jihad melawan Belanda merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam.

Apa yang dilakukan oleh Bung Tomo dan KH Hasyim Asy’ari adalah realitas sejarah yang terus aktual hingga saat ini. Agama bukan musuh tanah air. Tanah air bukanlah musuh agama. Sejarah telah membuktikan bahwa spirit agama menjadi pendorong bagi suatu perang suci (holy war) untuk membela tanah air. Islam anti penjajahan dan kezaliman. Itulah inti tulisan KH Wahid Hasyim dalam sebuah artikelnya, Kedudukan Islam di Indonesia, bahwa Islam anti penjajahan, kekejaman, dan pindasan. Oleh karena itu, umat Islam adalah penentang penjajahan.

Tags

Terkini