health-education

Strategi Turunkan Kasus TBC di Bogor Lewat Program Ujang Mandor

Rabu, 12 Juni 2024 | 23:43 WIB
Rakor DPPM untuk mendorong eliminasi kasus TBC di Hotel Alana Sentul, Babakanmadang, Rabu, 12 Juni 2024 (Humas Pemkab Bogor)

LENTERATIMES.COM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor memperkuat kolaborasi untuk meningkatkan pelayanan Tuberkulosis (TB atau TBC) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).

Selain dengan puskesmas, klinik dan rumah sakit pemerintah maupun swasta, upaya mewujudkan eliminasi penyakit menular TBC ini juga dilakukan lewat kolaborasi dengan United States Agency for International Development (USAID), salah satunya melalui strategi District-Based Public Private Mix (DPPM).

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Agus Fauzi mengatakan, strategi DPPM adalah salah satu upaya untuk mendorong terwujudnya eliminasi Tuberkulosis (TB) pada 2030 mendatang.

Dengan menciptakan perluasan akses layanan yang bermutu dan berpihak kepada pasien, salah satunya melalui penguatan jejaring pelayanan TB di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.

"Hari ini kami mengadakan pertemuan terkait dengan rencana persiapan pelaksanaan integrasi layanan primer di Kabupaten Bogor. Semoga dengan kegiatan ini bisa memperkuat kolaborasi dan terjalin koordinasi yang baik dalam menjalankan strategi intervensi DPPM guna mewujudkan Kabupaten Bogor bebas eliminasi Tuberkulosis," katanya saat Rakor DPPM di Hotel Alana Sentul, Babakanmadang, Rabu, 12 Juni 2024.

Sementara itu, Private Sector Officer USAID Bebas TB Kabupaten Bogor, Zaelani Maulana Hakim menjelaskan, strategi penurunan kasus Tuberkulosis menuju eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030 di Kabupaten Bogor dilakukan melalui program Ujang Mandor (Upayakan Jangan Sampai Kendor).

Melalui program Ujang Mandor, USAID ingin memastikan Kabupaten dan Kota, terutama Kabupaten Bogor dapat melakukan intervensi DPPM yang strategis dan terukur.

"Juga memastikan Fasyankes memberikan layanan Tuberkulosis yang berkualitas sesuai standar," ungkapnya.

Selain itu, memastikan seluruh terduga dan pasien melewati kaskade sesuai dengan standar hingga tuntas.

Artinya setiap Fasyankes melakukan peninjauan secara mandiri terhadap data penderita Tuberkulosis masing-masing, serta lebih optimal dalam mengidentifikasi terduga yang belum terdiagnosis.

"Mengidentifikasi dini pasien Tuberkulosis yang beresiko mengalami kegagalan pengobatan karena tidak patuh, efek samping obat, atau perkembangan penyakit yang tidak diharapkan, serta meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien Tuberkulosis," terangnya.***

 

Tags

Terkini