Namun, penebalan endometrium juga dapat terjadi selama perimenopause atau ovulasi yang tidak teratur. Beberapa kondisi meningkatkan risiko wanita terkena hiperplasia endometrium, termasuk:
Baca Juga: Wamil Selesai, Jang Ki-yong Siap Jadi Pemeran Utama Although I Am Not a Hero
- Mengalami gangguan kesuburan.
Berat badan berlebihan atau obesitas.
- Mendapatkan menstruasi pada usia yang begitu muda
- Mengidap masalah kesehatan lain, seperti tiroid, diabetes, atau PCOS.
- Sudah berusia 35 tahun atau lebih.
Beberapa gejala yang umum terjadi saat wanita mengalami hiperplasia endometrium, antara lain:
- Mengalami perdarahan pada rahim yang berlebihan.
- Tetap mengalami perdarahan meski sudah memasuki masa menopause.
- Perdarahan yang lebih berat dan lama saat menstruasi.
- Menunjukkan gejala menstruasi yang tidak normal. Misalnya perdarahan dalam durasi yang lebih lama, siklus yang lebih singkat, bahkan tidak mengalami menstruasi.
Baca Juga: Di Indonesia Paling Banyak Beroprasi Hotel Bintang Tiga
Kamu perlu segera melakukan pemeriksaan apabila menunjukkan gejala tersebut, sehingga penanganan bisa segera kamu dapatkan. Terutama apabila kamu merasakan gejala, seperti:
- Perdarahan yang tidak normal.
- Keputihan yang berbeda dari biasanya. Misalnya terlalu banyak, berubah warna, tekstur, dan bau.
- Mengalami nyeri pada bagian panggul.
- Terasa sakit ketika buang air kecil dan melakukan hubungan seksual.
- Mengalami kram perut.(***)