LenteraTimes.com - Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan itu dikarenakan manusia oleh Allah dibekali dengan berbagai sarana untuk bisa melengkapi dengan makhluk-makhluk lain. Sarana yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia adalah akal dan pikirannya. Dengan akal dan pikiran inilah manusia dapat mempelajari berbagai ilmu dan juga membekalinya dengan ajaran agama sehingga manusia dapat menjadi khalifah di muka bumi dan melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Karena itulah manusia wajib bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan akal kepadanya.Syukur berarti berterima kasih dan memuji kepada yang telah memberi kenikmatan atau kebaikan. Orang yang bersyukur kepada Allah Swt. berarti orang yang berterima kasih kepada Allah Swt. dengan memuji-Nya atas kenikmatan yang telah diterimanya dari-Nya.
Syukur merupakan akibat dari adanya nikmat yang telah diterima dari pemberi nikmat, sedang pujian merupakan sifat mulia yang melekat pada diri yang dipuji. Sebagai contoh, “Saya memuji Nabi Muhammad saw. karena keluhuran budinya dan saya memuji Ali bin Abi Thalib karena keberaniannya. ”Syukur harus dilakukan dengan tiga hal, yaitu lisan, hati, dan anggota badan sebagaimana iman. Orang yang bersyukur kepada Allah Swt. atas kenikmatan yang diterima, maka ia harus mengakui kenikmatan itu dalam hatinya, kemudian lisannya mengucapkan kalimat alhamdulillah atau memberitahukannya kepada orang lain, dan anggota badannya tergerak untuk lebih taat kepada Allah Swt. Dan memberikan sebagian kenikmatan itu kepada orang lain yang membutuhkan.Dalam al-Quran Allah Swt. memerintahkan kepada orang Islam agar selalu bersyukur kepada-Nya. Dalam QS. al-Baqarah: 152, misalnya, Allah Swt. memerintahkan kepada kita agar selalu mengingat-Nya dan bersyukur kepada-Nya:
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah:152).
Baca Juga: Ketahui! Keberkahan Dunia dan Akhirat Karena Bekal Ilmu dari Perantara Guru yang Mulia
Dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. al-Baqarah: 172).
Allah juga menegaskan bahwa orang yang bersyukur kepada-Nya sebenarnya tidak akan berpengaruh sama sekali kepada Allah, karena Allah Maha Kaya yang tidak butuh kepada siapa pun, tetapi hasil syukur akan kembali kepada dirinya sendiri, begitu juga sebaliknya, orang yang kafir (tidak mau bersyukur), akibatnya akan kembali kepadanya. Dalam QS. al-Naml:40 SAllahSwt:Berfirman:
Artinya:
“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku MahaKaya lagi Maha Mulia". (QS. al-Naml: 40).
Syukur menempati kedudukan yang tinggi di antara sifat-sifat terpuji lainnya. Bahkan al-Ghazali menempatkan syukur pada kedudukan yang lebih tinggi di atas sabar, zuhud, dan sifat-sifat lainnya. Agar syukur benar-benar berfungsi dan memiliki kedudukan seperti ini, maka syukur harus memenuhi tiga unsur pokok,
yaitu:
- Orang yang bersyukur harus mengetahui dan mengerti nikmat dan Dzat Pemberi nikmat. Seluruh nikmat berasal dari Allah Swt. Jika seseorang mengakui ada pihak lain selain Allah yang memberi nikmat kepadanya, maka pujiannya kepada Allah tidak sah dan syukurnya tidaklah sempurna.
- Orang yang mensyukuri nikmat Allah harus disertai dengan ketundukan dan pengagungan kepada-Nya. Orang yang mendapatkan nikmat sehat akan menggunakan kesehatannya untuk melakukan ibadah kepada Allah dan melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang dan kemampuannya masing-masing dengan aturan yang benar. Jika nikmat dijadikan perantara kepada-Nya, makanikmat itu akan menjadikan sempurnanya syukur kepada Allah.
- Dengan nikmat yang diterima dari Allah, orang akan menyintai Allah, bukan durhaka kepada-Nya. Hal ini akan dapat dicapai jika orang itu mengenal hikmah dari semua yang diciptakan Allah. Misalnya, dia harus mengetahui bahwa mata yang dimiliki merupakan nikmat dari Allah. Mensyukuri mata adalah dengan menggunakan mata untuk membaca Al-Quran, belajar ilmu pengetahuan, dan yang semisalnya sehingga ia mampu menyerap pelajaran itu dan mengagungkan Allah sebagai penciptanya. Dia juga harus menahan matanya dari semua bentuk maksiat yang mungkin timbul melalui matanya. Begitu juga dengan anggota tubuh lainnya, seperti telinga, tangan, kaki, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Ketua Umum PP LMI: Mari Kita Menyongsong Aksi-aksi Perubahan bersama Para Perintis Pergerakan!
Bersyukur kepada Allah adalah sifat yang sangat terpuji dan orang yang bersyukur akan memperoleh hikmah yang banyak, di antaranya adalah:
- Allah akan melipat gandakan nikmat-Nya kepada orang yang mau bersyukur
kepada-Nya. Sebaliknya, Allah akan memberikan azab-Nya yang sangat pedih
kepada orang yang tidak mau bersyukur kepada-Nya. Allah Swt berfirman yang artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim:7).
- Allah berjanji akan memberikan balasan kepada orang yang bersyukur. AllahSwt berfirman yang artinya: “... dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS.Ali‘Imran(3):144).
Orang yang selalu bersyukur akan mendapatkan surga yang penuh dengan segala kenikmatan. Orang yang selalu bersyukur dalam keadaan apa pun, baik mendapat nikmat atau musibah, dialah yang nantinya akan mendapatkan kenikmatan yang hakiki di surga.
Begitulah bahwa syukur merupakan sifat mulia yang harus kita biasakan sehingga menjadi karakter kita semua. Hanya dengan syukurlah manusia akan dihargai oleh Allah dan juga oleh orang lain, sebaliknya tanpa syukur manusia tidak akan mendapatkan penghargaan dari orang lain, apalagi dari Allah Swt. Karena itulah, marilah kita selalu bersyukur kepada Allah atas semua kenikmatan yang telah diberikan kepada kita semua. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur kepada-Nya.
Penulis: Muhammad Chabib Fazal Jinan - Mahasiswa Institut Kyai Haji Abdul Chalim (IKHAC) dan Jurnalis Muda NU Jawa Tengah