Sejarah dan Makna Tradisi Meugang Menyambut Bulan Suci Ramadhan, Ungkapan Syukur dan Kekayaan Budaya Aceh

photo author
- Kamis, 29 Februari 2024 | 09:07 WIB
Sejarah dan Makna Tradisi Meugang Menyambut Bulan Suci Ramadhan, Ungkapan Syukur dan Kekayaan Budaya Aceh
Sejarah dan Makna Tradisi Meugang Menyambut Bulan Suci Ramadhan, Ungkapan Syukur dan Kekayaan Budaya Aceh
 
LENTERATIMES.COM - Meugang merupakan sebuah tradisi yang memiliki akar sejarah yang dalam di Aceh yang menjadi sebuah tradisi menyambut Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
 
Masyarakat Aceh merayakan tradisi meugang sebagai bentuk syukur dan ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang melimpah dalam menyambut hari-hari suci umat Islam.
 
Makna Tradisi Meugang

Tradisi Meugang tidak hanya sekadar warisan budaya tak benda; melainkan, ia menjadi sarana pengamalan ajaran agama. Bagi mereka yang gembira menyambut bulan Ramadhan, Meugang dianggap sebagai bentuk pengamalan ajaran agama Islam yang dianut.
 
 
Sesuai hadts Rasulullah "Siapa yang bergembira dengan datangnya Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya dari semua neraka".
 
Momen Meugang dan Pelaksanaannya

Meugang tidak hanya melibatkan pemotongan hewan seperti lembu atau kerbau. Tradisi ini mencakup momen berharga yang disebut Makmeugang, melibatkan pemotongan hewan kurban seperti kambing atau sapi.
 
Pelaksanaannya terjadi tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Ramadhan, Idul Adha, dan Idul Fitri.
 
 
Meugang tidak hanya merujuk pada prosesi pemotongan hewan. Lebih dari itu, tradisi ini mencakup kegiatan memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat, serta kaum yatim piatu. Ini menjadi momen kebersamaan dan kebahagiaan di tengah masyarakat Aceh.
 
Sejarah Tradisi Meugang dalam Masyarakat Aceh

Pada zaman Kerajaan Aceh (1607-1636 M), Sultan Iskandar Muda memainkan peran besar dalam mengembangkan tradisi Meugang.
 
Beliau tidak hanya memotong hewan dalam jumlah besar tetapi juga membagikan daging hasil pemotongan secara gratis kepada seluruh rakyatnya.
 
 
Tindakan ini merupakan ungkapan syukur atas kemakmuran rakyat dan rasa terima kasih kepada mereka.
 
Meskipun sempat terhenti setelah Belanda menaklukkan Kerajaan Aceh pada tahun 1873, tradisi Meugang tetap bertahan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh.
 
Bahkan, dalam perjuangan melawan penjajahan, daging sapi dan kambing diawetkan untuk keperluan tersebut oleh pahlawan Aceh.
 
Meugang tidak hanya tradisi, tapi juga mencerminkan kekayaan sejarah dan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat Aceh.
 
 
Meskipun berlangsung ratusan tahun, tradisi meugang ini terus dijaga dan dirayakan sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan warisan budaya yang membanggakan.***
 
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muzakkir Lentera Times

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bacaan Niat dan Tata Sholat Tahajud 2 Rakaat

Jumat, 5 Januari 2024 | 18:33 WIB

Terpopuler

X