LenteraTimes.com - Jahja Setiaatmadja adalah Presiden Direktur BCA yang sudah menjabat sejak tahun 2011 lalu. Meskipun ia sudah memegang jabatan penting di BCA dari tahun 1990, tetapi yang menarik adalah Jahja ini bukanlah pewaris tahta Grup Djarum.
Bukan pula lahir dari keluarga konglomerat, ia lahir dari orang tua dengan ayah yang berprofesi sebagai kasir bank dan seorang ibu rumah tangga. Meski begitu, ia berhasil membawa BCA menjadi bank swasta dengan aset dan laba terbesar di Indonesia.
Penasaran kan bagaimana anak seorang kasir bank bisa jadi orang nomor 1 di BCA?
Lahir dari Keluarga Kurang Mampu
Jahja lahir di Jakarta, pada 14 September 1955 dengan nama Tio Sie Kian. Ayahnya, Tio Keng Soen adalah seorang kasir di Bank Indonesia dan ibunya yang bernama Tan Giok Kiem adalah seorang ibu rumah tangga. Berasal dari keluarga kurang mampu, penghasilan ayahnya hanya cukup untuk biaya hidup.
Saat kecil Jahja dan orang tuanya juga tinggal menumpang berpindah-pindah, ia bahkan pernah tinggal di sebuah rumah beratap seng dengan satu kamar yang di tengah rumahnya masih ada pohon mangga hidup karena tidak boleh ditebang.
Sudah Mendapat Banyak Cobaan Sejak Kecil
Sejak usia enam tahun Jahja terkena penyakit asma. Meski prestasinya di sekolah sangat bagus dan bahkan selalu juara kelas, tapi ia sering sakit-sakitan karena asma yang dideritanya. Ketika mulai berangsur sembuh dari penyakit asmanya, kejadian malang menimpanya ketika bermain dengan becak nganggur.
Tanpa berpikir panjang ia dan temannya mengendarai becak yang menyebabkan kecelakaan hingga bibirnya robek dan lukanya masih terlihat jelas hingga sekarang. Saat SMP juga ia pernah terkena lemparan batu oleh temannya yang menyebabkan kacamatanya pecah dan serpihan kacanya masuk ke mata.
Hobi Membaca Buku Sejak Kecil
Jahja sudah memakai kacamata sejak kelas 4 SD, dikarenakan ia sudah gemar membaca buku dari kecil. Berkat insiden kacamata ini, ia dibawa ibunya ke dokter dan diketahui bahwa Jahja punya bibit penyakit trachoma, penyakit berbahaya yang dapat mengakibatkan kebutaan jika tidak diobati sejak dini.
Setelah tahu, ia justru merasa berterima kasih dengan kejadian ini. Di usia 11 tahun, Jahja dibebaskan memilih namanya sendiri dan mengganti nama Tio Sie Kian menjadi Jahja Setiaatmadja yang berarti "Jahja anak yang setia."
Merelakan Mimpi
Di SMA Jahja masuk jurusan IPA dan ketika ayahnya bertanya kelak ia mau jadi apa, Jahja menjawab ingin jadi dokter gigi. Namun karena menurut sang ayah biaya kuliah kedokteran itu mahal, ketika Jahja menjawab ingin kuliah di jurusan Teknik, ayahnya menjawab jurusan itu juga mahal.
Sang ayah awalnya bertanya tapi pada akhirnya menyarankan kuliah jurusan Ekonomi karena murah, Jahja juga bilang kalau ia ingin kuliah di Trisakti atau Untar yang jadi perguruan swasta bagus saat itu, tapi karena biayanya mahal sekali, akhirnya mereka sepakat untuk mencoba ke jurusan Akuntansi UI.