Film ini menunjukkan bahwa setiap perempuan memiliki berbagai sifat dan identitas yang beragam, seolah ada banyak perempuan dalam satu diri.
Pembuat film ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan dapat menjadi segalanya asalkan tidak merugikan orang lain. Ini adalah suatu pernyataan yang kuat mengenai pemahaman akan beragamnya peran dan identitas perempuan.
Alasan Dilarangnya Film "Suspiria" di Indonesia
Salah satu alasan utama mengapa film "Suspiria" dilarang tayang di Indonesia adalah karena Lembaga Sensor Film Indonesia menganggapnya terlalu sadis dan memuat adegan kekerasan seksual serta mutilasi yang berlebihan.
Baca Juga: Sejarah Peringatan Hari Santri: Peran Historis dan Jihad dalam Konteks Modern
Kekerasan dalam visualisasi "Suspiria" telah menarik banyak perhatian, terutama dalam desain suasana, kostum, dan properti yang sangat mendalam. Hal ini menciptakan atmosfer yang sangat intens, bahkan terkadang mengganggu penonton.
Walaupun film ini menuai kontroversi dan perdebatan, tidak dapat disangkal bahwa "Suspiria" memiliki dampak kuat dalam genre horor. Sejak dirilis pada tahun 2018, film ini tetap menjadi salah satu film horor yang paling berpengaruh dalam sejarah, dikenal karena visualnya yang menakjubkan serta penggambarnya yang brutal dan mengerikan.
Film ini, dalam segala kontroversi dan perdebatannya, tetap menjadi film yang disukai oleh para penggemar genre horor, terutama yang menghargai kompleksitas cerita dan visual yang mendalam.
Baca Juga: Mengungkap Keajaiban Google Pixel 8 Pro: Kamera, Layar, dan Performa Terbaik
"Suspiria" memadukan elemen-elemen misteri, ketegangan, dan kekerasan, yang membuatnya terlalu sadis dan menyeramkan bagi Lembaga Sensor Film Indonesia.
Jejak Kontroversi
"Suspiria" adalah satu dari sedikit film yang menghadapi larangan tayang di Indonesia, mengikuti jejak "Fifty Shades of Grey." Meskipun film ini dilarang, ia tetap menciptakan gelombang perbincangan di dunia perfilman internasional. Para penonton penasaran akan kontroversi yang ada dalam ceritanya.
Film ini juga telah memicu diskusi tentang batasan seni dan kreativitas dalam perfilman. Sebagian berpendapat bahwa film harus memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya sendiri, meskipun itu berarti menyajikan adegan yang kontroversial.
Baca Juga: Threads Meluncurkan Fitur Tombol Edit Gratis dan Posting Audio
Namun, di sisi lain, penentang film ini berargumen bahwa adegan-adegan sadis dan kekerasan yang terlalu eksplisit dapat memberikan dampak negatif pada penonton, terutama yang lebih muda. Mereka percaya bahwa film seharusnya bertanggung jawab terhadap apa yang disajikannya.
Artikel Terkait
Rekomendasi Film Horor Tahun 2000an yang Paling Seram
3 Rekomendasi Film Komedi Asal Korea Yang Dapat Menemani Akhir Pekan
Film Noir Terbaru ‘Hopeless’: Song Joong Ki dan Hong Sa Bin Tidak Punya Pilihan
20 Pemain Film Horor Terbaru ‘Siksa Kubur’ diumumkan Joko Anwar, Ada Reza Rahadian dan Christine Hakim
Mengintip Aura Kasih dalam Film Horor Rumah Iblis (2023), Teror Lukisan Berdarah yang Menyeramkan
Sinopsis Petualangan Sherina 2, Mempertemukan Kembali Sherina dan Sadam
Sinopsis The November Man, Film Aksi dengan Latar Belakang Seorang Agen Mata-Mata
Sinopsis Film Aksi Seru Hard Target 2 di Netflix, Pertarungan di Ajang MGM Grand yang Mematikan
Sinopsis Imam Tanpa Makmum, Film Komedi Cinta Syakir Daulay Segera Tayang 19 Oktober 2023
Serial Live Action Yu Yu Hakusho Tayang 14 Desember di Netflix, Kabar Gembira Bagi Penggemar Manga dan Anime