LENTERATIMES.COM - Makanan, minuman, obat-obatan, pakaian, selimut dan tenda terus mengalir untuk korban bencana alam seperti gempa bumi dan banjir. Namun bantuan tersebut seringkali mengabaikan kebutuhan perempuan saat menstruasi, termasuk saat terjadi gempa di Turki dan Suriah.
Korban mengalami krisis produk menstruasi. "Pasca gempa, negara dan organisasi di seluruh dunia mengirimkan bantuan dan barang bantuan yang berisi selimut, makanan, tenda, dan obat-obatan untuk membantu mereka yang terkena dampak. Produk menstruasi tidak selalu disertakan," kata Al Arabiya, Sabtu (Februari 2023). 18), kata Jeyetna dan We Need to Talk.
baca juga
Lavendel liar mekar, lautan ungu menutupi padang pasir Arab Saudi Apa itu Isra Mi'raj? Memahami dan menunjukkan bahwa anak yang tidak berbakti tidak boleh dibagi menjadi milik keluarga?
Menurut co-founder Jeyetna dan koordinator proyek Vanessa Zammar, keadaan darurat buta gender, dan pembuatan kebijakan sering mengabaikan menstruasi karena masih dipandang sebagai sesuatu yang harus dihadapi perempuan secara pribadi.
“Dalam kasus bencana alam, periode kemiskinan diperburuk oleh prioritas buta gender terhadap kebutuhan lain yang dianggap lebih penting, seperti tempat tinggal, makanan, dan air,” kata Zammar.
Bahar Aldanmaz, salah satu pendiri grup Turki We Need to Talk, mengatakan bahwa di negara-negara seperti Turki dan Suriah, hampir tidak ada yang pernah mendengar masalah ini. Berbicara tentang menstruasi adalah hal yang tabu jauh sebelum gempa.
“Di Turki, stigma menstruasi sangat tinggi. Apalagi saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi karena tidak ada akses produk, sistem sanitasi, air bersih, toilet atau fasilitas lainnya,” ujarnya.
Selain itu, karena pekerja bantuan di lokasi yang mengawasi pendaftaran donasi seringkali adalah laki-laki, perempuan dan anak perempuan ragu untuk mengatakan bahwa mereka membutuhkan produk haid.