LENTERATIMES.COM - Meninggalnya Prof. KH Muhammad Ali Yafie menyisakan duka mendalam bagi seluruh umat Islam di tanah air. Apalagi bagi santrinya yang memiliki banyak kenangan dan kenangan bersama Kiai Ali Yafie. Salah seorang santri Ali Yafie, yakni Ustaz Syahrullah Iskandar, alumnus Pesantren Darud Dakwah Irsyad Mangkoso, meriwayatkan gambar KH. Ali Yafie memberi contoh bagi murid-muridnya.
Menurut Ustaz Syahrullah, kiai Ali Yafie adalah tokoh agama yang melindungi generasi muda. Kiai Ali Yafie tidak membeda-bedakan orang yang datang untuk berdoa kepadanya, terutama berbicara tentang masalah agama dan mendengarkan pencerahannya.
Lahir pada 1 September 1926 di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, Kiai Ali Yafie meninggal pada 25 Februari 2023 dalam usia 96 tahun. Tak hanya itu, Ustadz Syahrullah mengatakan tawa kyai Ali Yafie menjadi panutan bagi santrinya.
Baca Juga: Cara Jitu untuk Mendapatkan Hati Gebetan yang Kamu Suka
“Dia berbicara dengan jelas, ringkas, tanpa pidato panjang, namun menjawab keingintahuan intelektual kita. Dia pandai menyesuaikan jawabannya dengan tingkat pengetahuan penanya, membuatnya mudah dipahami dan diingat. Dia adalah seorang ulama, Bayt Quran Ustadz Syahrullah, kata pengasuh pondok pesantren itu kepada Republika.co.id, Senin (27/2/2023).
Selain itu, Ustaz Syahrullah mengatakan bahwa Kiai Ali Yafie sangat gemar membaca. Rais 'Aam, yang pernah menjadi pengurus Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dari tahun 1991 hingga 1992, hobi membaca. Meski sakit, kebiasaan membaca kitab-kitab turat dan kitab-kitab kontemporer tidak lepas dari kiai Ali Yafie. Ustaz Syahrullah mengatakan bahwa ketika dia berdoa kepada Pendeta Ali Yafie, dia selalu membawa buku di sisinya. Hal ini menjadi contoh bagi generasi muda untuk meningkatkan literasinya.
“Pemuka agama Fakis Bugis ini selalu mengingatkan bahwa kita harus mengenal diri kita sendiri dan musuh kita, dan musuh kita dan diri kita sendiri. Saya pikir itu salah satu filosofi yang diwujudkan oleh citranya dan menjadi kesuksesannya. Dia adalah seorang ulama yang taat, pengalaman birokrasi yang hebat. Kuat , terorganisir bahkan sangat akrab dengan hiruk pikuk dunia politik pada masanya," ujarnya.
Baca Juga: Mengatur Keuangan untuk Modal Nikah Penting Banget, Simak 4 Tips Ini
Sebelum hijrah ke Jakarta, kiai Ali Yafie menjabat sebagai sekretaris jenderal Panitia Darud Dakwah wal Ersyad (PB-DDI) pada 1950-an dan ketua umum pada 1960-an. Di PBNU, ia juga dianugerahi jabatan Rais 'Am dan menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1980-an.
Menurut Ustaz Syahrullah, Kyai Ali Yafie mampu memposisikan dirinya agar integritas ulamanya tidak tergoyahkan oleh kepentingan politik. Pada masa reformasi, menurut Ustaz Shahrullah, Kiai Ali Yafi mampu menyampaikan pandangannya kepada penguasa secara lugas. Ini juga merupakan momen bersejarah dalam perjalanan reformasi saat itu.***