LENTERATIMES.COM - Robohnya Surau Kami adalah kumpulan cerpen AA. Navis – Terbit pertama kali tahun 1956, bercerita tentang dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga negara Indonesia yang menghabiskan hidupnya hanya untuk beribadah dan memuja. Cerpen ini dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia yang abadi.
Buku Robohnya Surau Kami berisi 10 cerita pendek : Robohnya Surau Kami, Anak Keanggaan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong dan Dari Masa ke Masa.
Dalam buku ini AA. Navis menunjukkan wajah pedih Indonesia pada masanya. Penuh sarkasme dan ejekan terhadap kekolotan Indonesia saat itu – namun masih terasa relevan hingga saat ini.
Baca Juga: Jadwal Perpanjangan SIM Keliling di Kota Bogor 8 Februari 2023, Cek Lokasi dan Syaratnya
Cerpen “Robohnya Surau Kami” menceritakan tentang kematian tragis seorang lelaki tua penjaga Surau (masjid kecil) di kampung halaman tokoh utama itu. Dia, si kakek, menggorok lehernya sendiri setelah mendengar cerita Haji Saleh yang masuk neraka dari pembual Ajo Sidi, padahal pekerjaannya sehari-hari Ibadah di masjid, persis seperti yang dilakukan si kakek.
Haji Saleh dalam cerita Ajo Sidi adalah seorang jamaah yang rajin melaksanakan segala ibadah dengan tekun dari awal hingga akhir. Namun, pada "Hari Penentuan", hari ketika umat manusia memutuskan untuk masuk Surga atau Neraka, Haji Saleh malah dilempar ke Neraka.
Haji Saleh memprotes kepada Tuhan bahwa mungkin dia menganggap dirinya lalai. Namun, bagaimana mungkin Tuhan lalai, sehingga dia menjelaskan mengapa dia pergi ke neraka, “kamu tinggal di tanah Indonesia yang mahakaya raya,tapi, engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniyaya semua. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tetapi kau malas. Kau lebih suka beribadah saja, karena beribadah tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.”
Baca Juga: Kamera hingga 2X 100 MP, Cek Spesifikasi Oppo Reno 8T di Sini
Kakek tersinggung dan tertekan dengan cerita Ajo Sidi dan memutuskan untuk bunuh diri. Dan Ajo Sidi yang mengetahui berita kematian kakek, langsung menyuruh istrinya untuk membelikan kain kafan tujuh lapis untuk kakeknya, lalu pergi bekerja.
Dalam cerita Ajo Sidi, Haji Saleh adalah seorang yang taat beragama. Ketika Haji Saleh meninggal dunia, dia dan yang lainnya menunggu giliran di akhirat untuk diadili oleh Tuhan dan dikirim ke neraka atau surga.
Saat tiba gilirannya, Haji Saleh tanpa gentar menjawab pertanyaan Tuhan tentang apa yang telah dilakukannya di bumi semasa hidupnya. Haji Saleh dengan yakin mengatakan bahwa ketika dia masih hidup, yang dia lakukan hanyalah memuji dan menyembah Tuhan dan mematuhi ajaran agama. Namun, Allah tidak mengirim Haji Saleh ke surga melainkan ke neraka.
Baca Juga: Sapa Penggemar Indonesia, Sehun EXO Pengen Dipanggil Ini
Di neraka, Haji Saleh juga bertemu dengan teman-temannya di dunia, mereka memujanya, bahkan ada yang bergelar Syekh. Akhirnya, karena tidak menerima keputusan Tuhan, mereka yang merasa tidak pantas masuk neraka memprotes Tuhan. Haji Saleh menjadi pemimpin dan juru bicara mereka. Sekali lagi, Tuhan bertanya apa yang mereka lakukan di bumi.
Mereka menjawab bahwa mereka semua adalah warga negara Indonesia yang taat dan bahwa negara mereka kaya akan sumber daya alam, tetapi orang asing secara rutin memeras keuntungan dari mereka.
Artikel Terkait
Yuk Simak Puisi Terkenal Krya Chairil Anwar
Simak Nih Novel yang Menceritakan Perbedaan Ras dan Ekonomi
Yuk Simak Novel Karya Asrul Sani
Yuk Simak Ulasan Sebuah Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Toh
Simak Nih Ringkasan Novel Ayat-Ayat Cinta