Setiap individu memiliki setidaknya satu pengukuran tinggi dan berat badan yang tercatat selama dua tahun sebelum periode pendaftaran studi.
Para peserta memiliki indeks massa tubuh rata-rata (BMI) 30,8, yang dianggap obesitas.
Peserta studi melacak waktu makan, tidur, dan bangun mereka setiap 24 jam di aplikasi bernama Daily24.
Baca Juga: Beberapa Tanda yang Sebenarnya Kamu Bisa Mengatasi Masalah dalam Hidup
Peserta menerima pesan teks, email, dan pemberitahuan yang menyarankan mereka untuk berhati-hati saat menggunakan aplikasi.
Pengaturan waktu tidur dan pola makan peserta memungkinkan tim peneliti untuk mengukur waktu.
Dimulai dari waktu makan pertama hingga terakhir hari itu, dari bangun hingga makan pertama hari itu, dan dari waktu makan terakhir hingga waktu tidur berdasarkan data masing-masing peserta.
Hasilnya menunjukkan bahwa waktu makan tidak berhubungan dengan perubahan berat badan selama periode follow-up enam tahun.
Rentang waktu dari makan pertama hingga terakhir pada hari itu, dari bangun tidur hingga makan pertama, makan terakhir hingga tidur, dan total waktu tidur semuanya termasuk dalam kategori ini.
Selain itu, di satu sisi, makanan harian besar lebih dari 1.000 kalori dan makanan sedang 500 sampai 1.000 kalori dikaitkan dengan penambahan berat badan selama periode follow-up enam tahun.
Di sisi lain, makan makanan kecil yang diperkirakan di bawah 500 kalori dikaitkan dengan penurunan berat badan.
Studi ini menunjukkan bahwa makan lebih sedikit adalah cara yang lebih efektif untuk mengontrol berat badan dan menurunkan berat badan daripada puasa intermiten.
Bagaimana apakah kamu tertarik mencobanya? Semoga informasinya bermanfaat.***
Artikel Terkait
Camilan yang Tetap Bisa Dinikmati Meski Sedang Diet
Berikut Ini Resep Sup Rendah Kalori Cocok Untuk yang Sedang Diet
Tips Diet Setelah Makan-makanan Berlemak Saat Lebaran
Ini Rahasia Diet Tina Toon yang Bisa Turun Sampai 25 kg!