3. Perubahan perilaku
Korban trauma juga sering mengalami perubahan perilaku yang signifikan, seperti menjadi agresif atau mudah tersinggung.
Dapat dipahami bahwa kecemasan merupakan bagian dari mekanisme pertahanan penyintas trauma untuk menghindari emosi nyata akibat pengalaman traumatis.
Jadi mereka yang tadinya lemah lembut dan baik hati bisa saja menjadi kasar dan jauh dari kata baik jika trauma itu kembali mengganggu pikiran atau perasaannya.
4. Meningkatnya kecemasan
Baca Juga: Bisa Tanpa Gejala, Ini Alasan HPV Bisa Menyerang Pria
Orang yang pernah mengalami trauma juga lebih mungkin mengalami peningkatan sensitivitas dibandingkan orang lain.
Orang yang pernah mengalami trauma mengalami peningkatan kewaspadaan, termasuk serangan panik, ketakutan yang hebat, kecemasan kronis, kesulitan bersantai dan merasa aman di mana pun, serta kesulitan berkonsentrasi dan berkonsentrasi karena kekhawatiran terus-menerus tentang peristiwa traumatis yang akan terjadi lagi pada mereka.
Mengutip RTT, gejala kecemasan fisik biasanya bermanifestasi sebagai keringat tiba-tiba, detak jantung cepat, dan otot tubuh tegang.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum? Ini 3 Fungsi Hormon Estrogen pada Wanita
5. Cenderung menghindari
Penghindaran adalah respons umum terhadap trauma dan merupakan hal yang normal.
Penyintas trauma sering kali secara perilaku dan fisik menghindari benda, tempat, atau orang yang membuat mereka trauma.
Selain itu, ada juga sikap penghindaran emosional, yaitu ketika seseorang menghindari pikiran dan perasaan terhadap suatu peristiwa traumatis.
Dari lima tanda berikut, manakah yang pernah Anda alami?