Ia juga dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam perjalanan menuju perdamaian yang dicapai melalui Perjanjian Oslo.
Baca Juga: 3 Smart TV Merek Samsung Yang Dapat Menjadi Rekomendasi Saat Ingin Membeli
Sebelum menjadi presiden, Abbas pernah memimpin departemen hubungan nasional dan internasional PLO selama satu tahun pada tahun 1980.
Ia sudah lama menjalin kontak dengan kelompok Yahudi dan pasifis di Israel, bahkan memimpin tim perundingan Palestina yang berperan dalam menciptakan Perjanjian Oslo di tahun 1980-an.
Tahun 2011, Abbas memimpin upaya sukses Palestina untuk diakui sebagai negara oleh Majelis Umum PBB.
Tentu saja, seperti semua pemimpin, Abbas juga mendapat kritik. Sebagai ketua Fatah, ia telah dituduh memenuhi Komite Sentral dengan sekutu dekatnya dan menyingkirkan pesaingnya, seperti Mohammed Dahlan dan Farouk Kaddoumi.
Sementara sebagai presiden Palestina, terutama setelah perpecahan antara Fatah dan Hamas pada tahun 2007, Abbas dituduh melemahkan institusi demokratis, melemahkan sistem peradilan, dan menguatkan kebijakan otoriter di Palestina.
Sebagai kepala PLO, Abbas terus mengendalikan Komisi Eropa, mengabaikan partai-partai non-Fatah, dan kurang memperhatikan hubungan PLO dengan kamp-kamp pengungsi Palestina.
Meski menghadapi berbagai kontroversi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas tetap menjadi tokoh penting dalam perjalanan Palestina menuju kemerdekaan dan perdamaian dari Israel. ***
Artikel Terkait
Mantan Menteri Palestina Sekaligus Negosiator Meninggal Dunia Diusia 85 Tahun
Masjid yang Berdiri Di Kawasan Kota Israel
Tanggapan Tegas Indonesia, Presiden Jokowi Minta Akhir Konflik Palestina-Israel dan Perlindungan WNI
Tragedi Perang Israel vs Hamas, 8 Jurnalis Tewas dan 2 Dinyatakan Hilang, Berikut Daftarnya
4 Daftar Selebriti Dunia Yang Mendukung Palestina Dalam Perang Dengan Israel
Co-Founder Esqa dan Beberapa Tokoh Publik Dari Indonesia Dituduh Dukung Israel