Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan, perempuan sering menikah di usia muda. Perwakilan Poetri Boedi Sedjati (PBS) dari Surabaya juga mengungkapkan level dan harga diri perempuan Jawa. Disusul oleh Siti Moendji'ah yang bergelar 'Sarjana Wanita', dan Nyi Hajar Dewantara, istri Ki Hadjar Dewantara, yang berbicara tentang adab wanita.
3. Tanggal 22 Desember adalah hari pertama diadakannya kongres perempuan
Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Sukarno melalui Keputusan Presiden No. 316 tahun 1959, dan tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Hal ini karena Kongres Perempuan Indonesia pertama diadakan di Yogyakarta pada tahun 1928.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal perjuangan perempuan di Indonesia. Pada hari itu, para pemimpin organisasi perempuan se-Indonesia berkumpul untuk bersatu demi kemerdekaan dan meningkatkan taraf hidup perempuan.
Baca Juga: Tammy Abraham Mengatakan Lionel Messi Adalah Pemain Terbaik Sepanjang Masa
4. Banyak orang Indonesia memprotes Hari Kartini
Ketika Presiden Sukarno menetapkan Hari Kartini sebagai penghargaan bagi para aktivis yang memperjuangkan pembebasan perempuan yang dikenal dengan R.A Kartini, banyak masyarakat Indonesia yang memprotes kebijakan presiden tersebut, karena Kartini diyakini hanya berjuang di wilayah Jepara dan Rembang.
Kartini juga dinilai lebih mendukung pemain asal Belanda itu. Untuk menghindari protes dari warga, Presiden Soekarno yang sudah lebih dulu menetapkan Hari Kartini akhirnya menetapkan Hari Ibu untuk menghormati pahlawan wanita lainnya.
5. Pidato berjudul "iboe" oleh Djami (Organisasi Darmo Laksmi)
Djami berbicara tentang dipandang rendah sebagai seorang wanita sebagai seorang anak. Di zaman kolonial, hanya anak laki-laki yang dididik.
Baca Juga: Viral! Raffi Ahmad Belikan Mobil Mewah untuk Ayu Ting-Ting dan Ayu Sebut Raffi Ayah dari Anaknya
Pada saat yang sama, perempuan hanya bisa menangani pekerjaan rumah tangga. Pandangan kuno ini mengakar bahkan sampai hari ini. Pendidikan perempuan juga dianggap tidak penting karena selalu berakhir di dapur.
Namun, Djami melihatnya secara berbeda. Dia berkata:
“Tak seorang akan termasyhur kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau perempuannya bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya.”
Baca Juga: Ramai di Media Sosial, Apa yang Dimaksud dengan Atapu?
Artikel Terkait
Bagaimana Bisa Thailand Menjadi Negara di Asia Tenggara yang Tidak Pernah Dijajah?, Simak Ulasannya yuk!
Kisah Soekarno Mencari Tuhan di Sepanjang Hidupnya
2 Negara yang Dulu Mayoritas Muslim, Saat Ini Jadi Minoritas
Menjelang Hari Ibu Nasional 22 Desember 2022, Simak 36 Ucapan Hari Ibu yang Menyentuh Hati Disini
Setiap Tanggal 22 Desember Diperingati Hari Ibu, Berikut Sejarah Mengenai Hari Ibu