LENTERATIMES.com - Cerita pendek atau Cerpen “Robohnya Surau Kami” merupakan salah satu karya terkenal Ali Akbar Navis atau A.A Navis, seorang sastrawan asli Minangkabau.
PT Gramedia Pustaka Utama menerbitkan Cerpen “Robohnya Surau Kami” pada tahun 1955. Berkat Cerpen ini, A.A Navis dikenal di kancah Sastra Indonesia.
Isi dari Cerpen “Robohnya Surau Kami” berkisah tentang seorang surau garin atau penjaga surau yang biasa disebut kakek. Dia hidup sendirian, hidup dari pemberian orang lain.
Baca Juga: Rangkuman Sejarah Olympus Generasi ke-2
Dia telah mengambil tugas melayani sejak dia masih kecil, dan dia bahkan tidak punya istri dan anak. Yang dia lakukan hanyalah menyembah Tuhan. Itu sampai Ajo Sidi, tokoh yang dikenal sebagai "Si Pembual", datang ke Kakek untuk berbicara tentang Haji Saleh yang diceritakan tentang kisah masuk neraka setelah kematiannya.
Ajo Sidi menceritakan kisah-kisah yang membuat sang kakek murka. Dalam kisahnya, Haji Saleh dilempar ke neraka. Haji Saleh tidak terima masuk neraka karena menurutnya dia adalah seorang yang rajin beribadah kepada Tuhan bahkan tidak pernah meninggalkan kewajibannya kepada Tuhannya.
Kemudian Haji Saleh dan teman-temannya juga dikirim ke neraka dan mereka datang untuk memohon kepada Allah atas segala ibadah yang mereka lakukan. Alasan Haji Saleh dan kawan-kawannya dijebloskan ke neraka tidak lain karena Haji Saleh hanya menginginkan akhirat semasa hidupnya dan tidak diimbangi dengan hal-hal duniawi.
Baca Juga: Pria ini di Ceraikan Setelah 10 Tahun Menikah Hanya Karena Memancing
Tak peduli hartanya pun, Haji Saleh hanya berpikir untuk beribadah kepada Tuhan. Hingga anak cucunya hidup dalam kemiskinan, padahal mereka bijak dalam urusan agama. Haji Saleh sedang memikirkan kehidupannya di akhirat, dia bahkan tidak memikirkan kehidupan miskin keturunannya. Karena itulah Allah mengirim Haji Saleh ke neraka.
Setelah mendengar cerita Ajo Sidi tentang Haji Saleh. Kakek Garin khawatir dan kesal. Memikirkan dia telah melakukan hal-hal yang sia-sia sepanjang hidupnya hanya menyembah Tuhan tanpa berusaha di dunia. Kakek Garin tertekan dan tidak tahan memikirkan kisah Ajo Sidi.
Keesokan harinya, diketahui Kakek Garin telah memotong lehernya dengan pisau cukur dan meninggal dunia. Kematian sang kakek mengejutkan masyarakat sekitar, namun Ajo Sidi membalasnya dengan membeli 7 kain kafan dan mulai bekerja.
Dalam cerpennya, Robohnya Surau Kami memberikan pelajaran akan pentingnya mewujudkan kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, artinya
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok pagi”.
Artikel Terkait
Obat HIV/AIDS Tidak Terjangkau, Negara ini Memberikan Obat Gratin untuk Masyarakat Miskin
Memperingati Hari Difabel, Berikut Sejarahnya
Para Penyanyi ini Rela di Kebiri untuk Mencapai Nada Tinggi!
Dikira Tumor, Wanita Tua ini Mengandung Janin Mati di Perutnya!
Mengenal Lief Java, Grup Orkestra Pertama di Indonesia