Dalam hadits ini dapat disimpulkan bahwa kita berusaha untuk mendapatkan kebutuhan duniawi yang kita butuhkan agar kita diajak untuk merenungi kehidupan yang kekal dan beribadah kepada Allah sebanyak-banyaknya karena tidak ada hari lain untuk beribadah kepada Allah.
Baca Juga: Kisah Soekarno Mencari Tuhan di Sepanjang Hidupnya
Namun, di masyarakat saat ini, tidak hanya banyak orang yang hanya mementingkan kehidupan sekulernya saja tanpa memikirkan akhirat. Namun ada juga sebagian orang yang hanya mementingkan kehidupan akhirat dan bukan kehidupan duniawinya. Seperti yang dipaparkan dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”. Orang-orang yang tidak menikmati kesenangan duniawi yang diciptakan Tuhannya dengan cara demikian, yang tidak mempedulikan anak dan istri serta keadaannya sangat umum terjadi di masyarakat saat ini.
Sekelompok orang yang meninggalkan dunianya dan fokus pada akhirat mengunjungi realitas alternatif yang terjadi di lingkungan tempat tinggal penulis. Di antara orang-orang ini adalah orang biasa, pekerja paruh waktu, dan staf bank yang telah meninggalkan pekerjaannya untuk mencari kehidupan selanjutnya. Yang mereka lakukan hanyalah membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan biasanya setelah sholat, mereka berkumpul dan pemimpin kelompok akan memberikan pidato kepada anggota kelompok lainnya.
Bahkan mereka juga sering bertandang ke rumah orang untuk berdakwah atau mengajar tentang agama. Namun, bagi sebagian orang, hal ini bisa sedikit mengganggu. Karena kelompok ini dapat mempengaruhi orang-orang yang taat untuk meninggalkan segala urusan dunia dan bergabung dengan kelompok ini untuk mengejar akhirat.
Baca Juga: Pria ini Menjadi Sorotan Karena Memiliki Tanda Tangan Anime di KTP-nya
Salah satu anggota rombongan yang sempat keluar untuk mengejar urusan akhirat kembali bekerja di kantor seperti semula. Jika ia memiliki pemikiran jangka panjang dan keyakinan yang kuat sehingga ia dapat memperbaiki diri dan mulai berusaha untuk menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat seperti yang Tuhan perintahkan, sangat kontras dengan apa yang dilakukan tokoh kakek Garin dalam cerpen "Robohnya Surau kami" langsung menyerah dan memutuskan untuk mengambil jalan pintas dan menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur.***
Artikel Terkait
Obat HIV/AIDS Tidak Terjangkau, Negara ini Memberikan Obat Gratin untuk Masyarakat Miskin
Memperingati Hari Difabel, Berikut Sejarahnya
Para Penyanyi ini Rela di Kebiri untuk Mencapai Nada Tinggi!
Dikira Tumor, Wanita Tua ini Mengandung Janin Mati di Perutnya!
Mengenal Lief Java, Grup Orkestra Pertama di Indonesia