Misalnya saja ada kalimat “Negara Republik Indonesia adalah harga mati”, kita tidak bisa membacanya hanya sebagai nasionalisme, tapi kita bisa membacanya sebagai perjuangan, perang, dogmatisme, atau bahkan chauvinisme.
2. Cabang makna yang tidak terbatas
Tidak berhenti sampai disitu, penggalian makna dari teks tidak hanya dilakukan secara horizontal, tetapi juga vertikal, atas dan bawah, kiri dan kanan, depan dan belakang, serta ke segala arah, tidak ada batasnya.
Baca Juga: Tips Memilih Body Lotion dengan Tepat untuk Pria
Maknanya selalu bercabang tiada henti. Inilah yang kemudian disebut Derrida sebagai jejak, atau jejak makna yang tak terbatas.
Misalnya hanya dengan mengucapkan kalimat “Republik Indonesia harga mati” kita bisa menelusuri siapa pembuatnya? Kepada siapa teks tersebut ditujukan? Apa alasan pembuatan teks ini?
Dalam kondisi apa kata-kata terbentuk? Apa arti kematian? Apa yang dimaksud dengan harga? dan berbagai cabang lainnya.
Baca Juga: Rekomendasi 3 Parfum Untuk Pria Merek Gatsby Yang Wangi Dengan Harga Terjangkau
3. Jangan anti paradoks
Jadi, ketika membaca teks, jangan melawan paradoks atau kontradiksi.
Pasalnya, begitulah cara kerja dekonstruksi, ia harus memecah narasi, wacana, dan teks, membuat kita menjadi kritis ketika membaca teks, menemukan segala macam makna yang tersembunyi.
Masih menggunakan contoh yang sama, jika “NKRI dengan Harga Kematian” dianggap sebagai hal yang baik, lalu apakah “NKRI dengan Harga Kehidupan” dianggap sebagai hal yang buruk? Benarkah kata hidup dianggap buruk? Nah, beginilah dekonstruksi berbenturan dengan paradoks-paradoks yang ada.
4. Jangan terpaku pada oposisi biner
Baca Juga: 4 Rekomendasi Body Lotion Pria dan Wanita dengan SPF Tinggi
Namun perlu juga dicatat bahwa kita tidak bisa hanya berhenti pada paradoks, oposisi biner antara hitam dan putih, siang dan malam.
Artikel Terkait
Awas Hoaks Gempa Garut, Ridwan Kamil Bagikan Video Soal Kondisi Garut
Hati-hati Terjebak Hoaks, Ini Tips Menghindarinya
Jangan Asal! Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital Agar Tidak Termakan Hoaks
Cukup Mudah, Begini Cara Melawan Hoaks
Hoaks Ternyata Sudah Ada Sejak Sebelum Zaman Internet
Bogor Deklarasi Damai Pemilu 2024, Stop Gunakan Isu SARA, Hoaks dan Ujaran Kebencian